Wednesday 26 July 2017

Never Underestimate People!

Pernah nggak sih kalian tuh ngalamin yang namanya perpeloncoan dalam dunia kerja, komunitas atau apapun? Perpeloncoan maksud aku itu adalah, keadaan di mana kamu dipandang sebelah mata sama siapapun mereka yang posisi atau kemampuannya mereka anggap lebih dari kamu? Misalnya nih, ada tugas yang mesti kamu kerjain yang pada kenyataannya kamu tuh belum punya basic-nya sama sekali. Ex: kamu orang non teknik yang diminta ngerjain laporan orang lapangan, soal jaringan, pembangunan dll? Tahu kan gimana rasanya, sementara kita orang baru mesti manut sama apapun perintah yang dikasih. Ada dua macam alasan di balik ini, yang pertama karena kita dipercaya mampu buat ngerjainnya, yang kedua adalah uji coba mental, apakah kita sanggup kalo dikasih tugas yang di luar main basic kita.

Kadang, dunia kerja nggak seindah ngebayangin seberapa gede gajinya doang, tapi juga nggak seburuk yang dipikirin. Lagi-lagi aku merenung, belum juga lulus ujian dan diangkat jadi pegawai tetap kok aku banyak banget dikasih tantangan a.k.a cobaan, tapi di satu sisi rasanya itu berkah dan kesempatan yang nggak semua orang bisa dapet itu. Mulai dari awal OJT aku tuh nyoba buat nerima segala sesuatu yang aku anggap sebagai tambahan ilmu.

Aku diminta untuk tampil, memperkenalkan diri di depan semua pegawai. Kemudian selang beberapa waktu aku udah diajak diklat yang bidangnya nggak seharusnya aku pegang, setelah diklat udah diajak lembur ngerjain laporan triwulan untuk pencapaian kinerja perusahaan yang berhubungan dengan pengembangan karir pegawai. Di saat itulah aku merasa Allah tuh punya rencana besar di balik semua ini. Dari semua teman seangkatan itu, di kelasku cuma aku yang dikasih lintas bidang. Merasa nggak adil? Pernah dong. Merasa kok aku cobaannya berat banget ya, tapi di satu sisi kok aku malah dikasih posisi yang aman.

Aman dalam artian, di saat teman-temanku yang lain dikasih penempatan sesuai dengan bidang itu harus rela lembur tiap malem karena ngurusin tunggakan pelanggan. Rata-rata mereka ditempatin di Rayon (layer 3), sementara aku ditempatin di Area (layer 2), satu tingkat di bawah wilayah dan di bagian SDM, yang artinya aku harus mengkoordinir semua data dan keperluan pegawai baik yang ada di Area maupun rayon yang bernaung di bawahnya. Awalnya memang kupikir nyantai aja, toh nggak berhubungan dengan data Niaga atau Keuangan yang ngejelimet, tapi ternyata pemikiran itu salah. Semua pekerjaan itu punya tingkat kesulitan masing-masing.

Rasanya aku kadang kurang setuju kalo ada yang bilang gini: “Mbak, background pendidikannya apa? Kok di SDM, sayang banget nanti nggak bisa berkarir, mending di Keuangan.”
Pendapat gitu udah banyak banget aku denger, padahal asal mereka tahu kerjaan orang SDM itu nggak segampang menurut mereka, yang cuma ngurusin data pegawai, input ini itu doang. Bagian SDM juga punya KPI (Key Performance Indicator) yang kalo menurutku cukup sulit. Bayangin coba, bagian SDM itu sesi paling sibuk ngurusin karir orang lain. Setiap pegawai mesti dimonitoring karirnya dan diupayakan untuk tindak lanjut dari posisi mereka, nah yang sulit itu dan menjadi tantangan bagian SDM adalah untuk menumbuhkan rasa kesadaran diri pegawai bahwasanya apa yang diminta bagian SDM untuk dikerjain maupun dikumpulin itu adalah semata-mata untuk kebaikan karir mereka ke depan. Itu, yang sulit itu bikin orang nyadar. Bikin orang nggak males-malesan buat maju, bukan cuma buat perusahaan doang, tapi lebih ke kebaikan si individu sendiri.
Setelah mulai memahami tugas penting SDM, aku pun mulai dikasih tanggung jawab untuk ngerjain laporan Keuangan, yang meliputi pembayaran tagihan investasi dan operasi. Nah di sini letak never underestimate people itu. Tahu kan di mana-mana yang namanya Keuangan itu ya bikin pusing kan ya. Belum juga apa-apa aku udah diajakin rapat penyerapan anggaran investasi dan operasi, dengan posisi masih siswa prajabatan (belum pegawai sah).
Di satu sisi sebenarnya aku udah nggak kaget lagi soal Keuangan karena udah pernah berurusan sama Keuangan di swasta itu hampir dua tahun, ketemu sama yang namanya angka, SPK, RAB, pembayaran upah, dll itu udah biasa. Cuma ya bedanya itu, kerja di swasta yang nggak punya banyak cabang perusahaan itu ya laporannya nggak terpusat dan aplikasi yang dipake pun cuma untuk internal, tapi sedikit apapun ilmu yang dipelajari tetaplah bermanfaat kan.
Nah, aku tuh selalu inget omongan ayahku: “Tidak apa-apa kita dibilang bodoh, tapi kita sebenarnya punya kemampuan. Mending kita terlihat lemah di awal, tapi akhirnya potensi kita yang membuktikan.”
So, aku beneran pegang teguh pesan itu. Biarin dianggep bodoh, biarin dianggep nggak tahu apa-apa, biarin dianggep ilmunya cetek, yang penting pada akhirnya yang ngerasain manfaatnya adalah diri sendiri. Ketika sebenernya kita mampu dan kemudian dianggap remeh, pada akhirnya kemampuan itu akan semakin bertambah kalo kita mau sedikit bersabar dan ikhlas nerima segala macam bentuk perlakuan orang lain.

Jadi, jangan pernah underestimate ke orang lain, karena sekecil apapun ilmu yang mereka punya itu akan jauh lebih baik ketika mereka mencoba diam lalu berusaha memperbaiki dan menambahnya, ketimbang ilmu yang banyak tapi sering meremehkan, menanggap diri paling banyak pengetahuan dan nggak pernah salah. Siapa tahu orang yang kita anggap kecil itu akan jauh lebih besar di kemudian hari. Keep your attitude and be humble person, dude!

No comments:

Post a Comment