Menjadi seseorang yang visioner
itu mungkin betulan buat hidup jadi kurang asik. Terlalu memikirkan masa depan,
tentang apa yang akan terjadi di masa yang akan datang, bagaimana ini,
bagaimana itu, salahkah kalau begini, salahkah kalau begitu sampai tidak
menikmati hari ini. Betulkah? Bisa jadi.
Yap. Aku adalah seseorang yang
visioner, yang memandang segala sesuatu itu harus direncanakan dengan baik,
karena dengan perencanaan, maka permulaan yang baik akan bisa dimulai. Tapi
tidak ngogot, dalam artian punya planning
B setelah planning A gagal. Punya
jalan lain jika jalan yang satu tidak bisa membawa sampai ke tujuan.
Jika dikatakan berpikir visioner
itu sama saja tidak menikmati hidup, lantas apa yang harus dilakukan orang-orang
model kami? Membiarkan semuanya terjadi tanpa ada persiapan, sementara di satu
sisi orang yang katanya menikmati hidup itu malah merencanakan sesuatu yang
membuat mereka bisa menikmati hidup. Pergi berliburan, misalnya.
Apa iya ada yang ingin pergi
berlibur main pergi saja? Tentulah harus merencanakan biayanya, waktunya, dan
segala macam pertimbangan, bahkan sampai baju apa yang dipakai. Barulah setelah
itu bisa menikmati hidupnya.
Kalau memang betul kami yang
visioner ini tidak hidup di hari ini karena terlalu banyak memikirkan apa yang
baik yang seharusnya dilakukan, lantas apa yang akan dan seharusnya kami
lakukan? Membiarkan semua angan dan cita-cita berjalan seadanya.? Aku paham
betul kalau segala sesuatu itu sudah digariskan Tuhan, tapi aku juga yakin
kalau Tuhan memberikan kemampuan untuk berpikir supaya bisa menjalani hidup ini
dengan segala faedahnya, perencanaan salah satunya.
Misal, ingin menjadi istri dan
ibu yang baik bagi suami dan anakku kelak. Bagaimana menjadi istri dan ibu
yang baik? Salah satunya dengan menjadi seseorang yang selalu ada untuk mereka.
Bagaimana bisa, sementara aku saja harus bekerja, menghabiskan hampir seharian
waktu dengan sibuknya pekerjaan? Itulah gunanya perencanaan, itulah gunanya
menjadi visioner. Mencari solusi atas apa yang akan dihadapi di depan nanti.
Bukan tidak menikmati hidup, tapi berusaha menyiapkan hidup yang lebih dari
sekadar nikmat, tapi bermanfaat, dan bernilai ibadah di mata Tuhan.
Mungkin calon yang ibu lain pun
sepemahaman. Kami hanya butuh wadah untuk merencanakan itu semua, butuh solusi
dari kepala lain yang nantinya akan menjadi satu pemikiran, tentunya dimulai
dari perencanaan. Jika kelak masa itu tiba, lantas semua dihadapkan dengan
pilihan yang sulit, jika kita sudah punya opsi jauh sebelum hal itu terjadi,
maka mudah-mudahan Tuhan membukakan jalan. Tapi jika kita berusaha untuk
menikmati hari ini, menyerahkan semuanya dengan takdir, maka aku sendiri pun
tidak bisa menjamin kalau kelak batin belum siap menjalani.
Ya, tidak ada yang salah.
Beruntunglah kalian yang berhasil hidup di hari ini, menikmati hidup yang
begitu keras dijalani. Tidak seperti kami, kamu hawa yang tak henti berusaha
menjadikan diri sebaik-baiknya pribadi, meski kadang apa yang kami pikirkan tak
sejalan dengan apa yang kalian jalani.
Sulit bagi kami untuk menjalani
hari ini tanpa persiapan di hari nanti, apalagi menjadi seorang istri adalah
peran yang begitu menyita segalanya dalam pribadi. Semuanya hanya demi
membangun kehidupan yang bermakna hakiki di mata sang Ilahi. Kami hanya butuh
solusi, kami hanya butuh tempat berbagi, tidak harus dituruti saat ini, cukup
beri ruang untuk kami menata hati dengan segala apa yang kami ingini terjadi
nanti. Semoga Allah menguatkan hati dan meridhoi niat baik kami, para kaum hawa
yang visioner, yang mungkin belum bisa hidup hari ini.