Yanti Handia, 23 tahun.
Apa lagi yang dicari? Kurasa
sudah tidak ada lagi. Allah begitu baik padaku, meletakkan segala sesuatunya
sesuai dengan apa yang aku butuhkan. Keluarga, sahabat, pekerjaan, orang
tersayang, semuanya. Hanya saja kadang aku masih terlalu sombong untuk tidak
taat dengan sebenar-benarnya taat pada-Nya.
Iya, aku ini manusia biasa yang
tentunya punya banyak mimpi dan asa. Punya mimpi membahagiakan kedua orangtua,
adik, kakak, dan keluarga besar tentunya. Juga punya impian yang sangat besar,
menikah dan dinikahi dengan dasar cinta dan agama.
Tapi, seringkali kesemua mimpi
itu tidak bisa terwujud secara bersamaan. Kadang kita mesti rela mengorbankan
salah satu di antara banyak mimpi dan niat baik itu. Salah satunya menikah,
sejak dulu impian terbesarku bukanlah menikah dengan resepsi paling mewah,
kalau soal itu kukira siapa saja mau kalau bisa. Bukan, bukan itu, tapi mimpiku
adalah menikah dengan kemudian menjadi ibu rumah tangga sepenuhnya. Mengurus
suami dan anak-anakku dengan tanganku sendiri, meski mungkin tanganku tak
seterampil ibu-ibu kami yang pandai memasak makanan enak, atau membuat kopi
dengan rasa yang pas, juga menyetrika pakaian dengan rapi dan tertata.
Tapi Allah berkata lain, aku
diberi kesempatan untuk mengabdi pada keluarga besarku dengan segenap kemampuan
yang diberikan padaku. Berat, sangat berat. Tapi aku yakin Allah memberiku
tugas ini karena aku mampu, meski aku sendiri kadang mempertanyakan perkara
itu. Apa aku bisa?
Aku akan terikat ikatan dinas
pekerjaan selama 5 tahun di kota orang, jauh dari keluarga, berjuang sendiri,
meski aku tahu Allah selalu bersamaku. Jika dia berkenan, mungkin aku bisa
menikah dengan dia yang selama ini menjadi bagian dari doaku lebih cepat dari
yang kami duga. Wallahu’alam. Aku tidak pernah berdoa untuk pinta yang begitu
banyak, cukup dimudahkan saja jalan kami menuju semuanya. Semua impian terbesar
kami untuk bersama agar terhindar dari dosa yang makin hari makin menumpuk
saja.
Aku tidak mau semua ini menjadi
beban bagi siapapun, dia, keluargaku, juga keluarganya. Aku pun tak punya kuasa
besar untuk memastikan kapan hari itu tiba, yang kutahu kami sudah berjuang
bersama-sama dan tidak akan saling meninggalkan walau sejenak. Saat ini, tak
ada pintaku lagi kecuali dimudahkan untuk menyegerakan, karena terlalu lama
tentulah membuat semuanya menjadi tidak baik. Aku tahu Allah, Engkau maha
mengetahui isi hati kami. Di mana niat baik ini hanya untuk orang-orang
terkasih.
Apa lagi yang dicari? Tidak ada.
Hanya ketenangan beribadah padamu, kelak, besamama suami di sisi. Aamiin.
No comments:
Post a Comment