Wednesday 25 January 2017

APA LAGI YANG DICARI?



Yanti Handia, 23 tahun.

Apa lagi yang dicari? Kurasa sudah tidak ada lagi. Allah begitu baik padaku, meletakkan segala sesuatunya sesuai dengan apa yang aku butuhkan. Keluarga, sahabat, pekerjaan, orang tersayang, semuanya. Hanya saja kadang aku masih terlalu sombong untuk tidak taat dengan sebenar-benarnya taat pada-Nya.
Iya, aku ini manusia biasa yang tentunya punya banyak mimpi dan asa. Punya mimpi membahagiakan kedua orangtua, adik, kakak, dan keluarga besar tentunya. Juga punya impian yang sangat besar, menikah dan dinikahi dengan dasar cinta dan agama. 

Tapi, seringkali kesemua mimpi itu tidak bisa terwujud secara bersamaan. Kadang kita mesti rela mengorbankan salah satu di antara banyak mimpi dan niat baik itu. Salah satunya menikah, sejak dulu impian terbesarku bukanlah menikah dengan resepsi paling mewah, kalau soal itu kukira siapa saja mau kalau bisa. Bukan, bukan itu, tapi mimpiku adalah menikah dengan kemudian menjadi ibu rumah tangga sepenuhnya. Mengurus suami dan anak-anakku dengan tanganku sendiri, meski mungkin tanganku tak seterampil ibu-ibu kami yang pandai memasak makanan enak, atau membuat kopi dengan rasa yang pas, juga menyetrika pakaian dengan rapi dan tertata.

Tapi Allah berkata lain, aku diberi kesempatan untuk mengabdi pada keluarga besarku dengan segenap kemampuan yang diberikan padaku. Berat, sangat berat. Tapi aku yakin Allah memberiku tugas ini karena aku mampu, meski aku sendiri kadang mempertanyakan perkara itu. Apa aku bisa?

Aku akan terikat ikatan dinas pekerjaan selama 5 tahun di kota orang, jauh dari keluarga, berjuang sendiri, meski aku tahu Allah selalu bersamaku. Jika dia berkenan, mungkin aku bisa menikah dengan dia yang selama ini menjadi bagian dari doaku lebih cepat dari yang kami duga. Wallahu’alam. Aku tidak pernah berdoa untuk pinta yang begitu banyak, cukup dimudahkan saja jalan kami menuju semuanya. Semua impian terbesar kami untuk bersama agar terhindar dari dosa yang makin hari makin menumpuk saja.

Aku tidak mau semua ini menjadi beban bagi siapapun, dia, keluargaku, juga keluarganya. Aku pun tak punya kuasa besar untuk memastikan kapan hari itu tiba, yang kutahu kami sudah berjuang bersama-sama dan tidak akan saling meninggalkan walau sejenak. Saat ini, tak ada pintaku lagi kecuali dimudahkan untuk menyegerakan, karena terlalu lama tentulah membuat semuanya menjadi tidak baik. Aku tahu Allah, Engkau maha mengetahui isi hati kami. Di mana niat baik ini hanya untuk orang-orang terkasih. 

Apa lagi yang dicari? Tidak ada. Hanya ketenangan beribadah padamu, kelak, besamama suami di sisi. Aamiin.

No comments:

Post a Comment