Sunday, 15 March 2015

RAPALAN MALAM



Gelayut rindu kian merasuk menjadi candu.
Menarikku dalam-dalam hingga terperosok dalam kalbu yang sendu itu.
Mencintamu dalam diam, Tuan; ialah cara mencinta paling istimewa yang mampu kulakukan.
Tiada daya upaya untuk menentang takdir Tuhan, bahwa kau tak lagi sendirian.

Rapalan rindu ini kusenandungkan tiap malam.
Di sepertiga yang paling akhir, Tuan.
Waktu paling sempurna bagiku untuk membingkai doa bagimu itu.
Mengisahkan segala kelu kesah tentangmu yang kian jauh.     

Jam tayangku selalu tepat waktu, Tuan.
Ketika mereka tengah sibuk bergumul dengan mimpi indah itu.
Ketika malaikat-Nya turun ke bumi tanpa kita tahu.
Aku; menyebut-nyebut namamu dalam rapal malamku, Tuan.

Tiada rincian yang bisa kusebut sebagai sebab rasa ini timbul, Tuan.
Mereka datang tanpa pernah kupaksakan.
Menyelimuti tiap sudut hati yang lama tak terjamah zaman.
Kubiarkan saja semua menjadi rahasia Tuhan.

Kepada jiwa terindah yang selalu kudoai diam-diam.
Kepada kau yang terlampau sulit kugenggam.
Pada pemilik segala isi semesta dan alam.
Kau akan selalu kulisan dalam rapalan malam.
Teruntuk jiwa yang senantiasa kusimpan dalam angan.
Kau, Tuan.




1 comment:

  1. mencintai diam-diam memang sakit. aku juga mencintai dalam diam masalahnya -_- *curhat

    ReplyDelete