Wednesday, 2 April 2014

PRIA ITU SELALU BEGITU, WANITA INI MEMANG BODOH.


Kakinya mulai gatal, sejak petang datang membayang ia duduk di sana.  Di bawah tenda hijau seperti di pinggiran pantai.  Ini bukan Bali, ini cuma sebuah tempat nongkrong yang cukup murah tapi bersejarah. Wanita ini mengaiskan beberapa rumput yang menyentuh kakinya.  Menyeka sisi wajahnya, lumayan lesu.  Dari tadi handphone dipencet, beberapa gambar burung sedang berkejaran tersimpan cantik di memori handphone.

Sudah dua jam lebih, pria itu selalu terlambat.  Wanita ini sudah tidak tahan mendengar celotehan baru yang akan pria itu sampaikan.

You're on the phone with your girlfriend she’s upset ...

Hapenya berbunyi.  Wanita ini menyambarnya cepat.  “Hallo, kamu di mana?”
“Tunggu saja.  Jangan beranjak sejengkalpun,” pria itu memang menyebalkan.

Siluet membentuk badan yang jangkung dengan postur tegap dan senyum “maut” yang membuat wanita ini semakin bodoh terlihat samar-samar.  Pria itu bahagia sekali, sepertinya.  Dua batang eskrim coklat kesukaan wanita ini ia pamerkan dari kejauhan.  Wanita ini tersenyum. Kamu datang...

“Kenapa lama sekali, aku kepanasan di sini,” wanita ini memang bodoh.
“Sudah, tidak usah cerewet, ini eskrim milikmu. Dua.”
“Dua?”
“Ya, karena aku sedang bahagia,” pria itu mengusap kepala wanita ini.

Wanita ini mengernyitkan dahi dengan tanda tanya?
“Dia besok pulang, tadi dia meneleponku, memintaku untuk memesankan kue tart untuk perayaan hari jadi kami,” pria itu memamerkan giginya yang rapi.  Senyum “maut” lagi.
Wanita ini semakin bodoh, berusaha tersenyum lebar. 

“Sudah, aku pergi dulu. Habiskan eskrim-mu.” Pria itu pergi, meninggalkan wanita ini.
Kristal hangat jatuh di pelupuk mata wanita ini.  Selalu begitu, pria itu.  Selalu membuat wanita ini menangis.  Dan, pria itu tidak tahu.  Betapa wanita ini terlalu bodoh, menjadi pendengar terbaik untuk kisah pria itu dan wanitanya.  Menahan rasa sakit karena hati berulang kali robek mendengarnya.

Wanita ini menyeka air hangat di pipinya, meninggalkan dua eskrim. Lalu pergi.  Seperti itu seterusnya.

Hati yang tulus mencinta akan sulit melisankan apa yang membuatnya sakit, ia akan memilih menutupnya dengan senyum manis asal yang dicinta selalu ada.  Tidak pergi meninggalkanya. Meski tak pernah ada untuknya, dalam nyata.

5 comments:

  1. menyayat hati ya ceritanya

    ReplyDelete
  2. Duh neng. Baru baca udah mewek. Emang gitu ya kalo perasaan yang udah kelewat sayang. Bagus tulisannya. Anyway, salam kenal juga ya. :))

    ReplyDelete
  3. hehe makasih. Makasih juga sdh mau visit, Deva :)

    ReplyDelete
  4. Kagum kak sama tulisanya, semangat :)

    ReplyDelete