Yaps, 24 tahun.
22 Desember 1993-22 Desember 2017. Genap sudah gadis itu berusia 24 tahun, satu tahun lagi menjelang usia krusial bagi wanita kebanyakan. Benarkah?
Bukan soal benar atau tidak, tapi soal pandangan dari mindset masing-masing kepala. Menuju angka 25 itu sebenarnya bukanlah hal yang menakutkan bagi wanita, hanya saja memang faktor biologis yang nantinya akan menentukan untuk keberlansungan keturunan mereka itu yang perlu dipikirkan.
Kaum Adam mungkin banyak yang berpendapat kalau usia 25 itu masih muda untuk takaran seorang wanita segera menyandang gelar istri, apalagi kalau si wanita punya hormon yang sehat, atau memang diberi rezeki muka awet muda. Tapi, lagi-lagi bukan soal itu, bukan juga tergesa-gesa, hanya saja menyegerakan itu lebih baik.
By the way, ngomoningin soal ulang tahun, rasanya di mana-mana semua wanita suka dikasih kejutan yang romantis, bukan? Tentu saja, tapi romantis itu tidak melulu soal ngasih kue atau kado (rasanya sudah sering bilang ini). Iya, romantis itu bisa lewat ucapan selamat ulang tahun degan cara spesial, atau diam-diam mengumumkan pada khalayak banyak (socmed) tentang keberadaan orang yang disayang, tidak perlu berlebihan, tapi hal seperti ini kadang melebih segalanya. Membuat seseorang merasa istimewa, merasa ada, dan dunia perlu tahu kalau dia termiliki.
Ya, lagi-lagi isi kepala dan hati kaum Adam dan Hawa itu berbeda, akan selalu begitu. Lalu, apa ketika si kaum Adam tidak begitu peduli dengan segala macam keromantisan itu lantas disimpulkan bahwa rasa sayang mereka tidak seberapa? Tidak, tentu tidak. Hanya saja kadang dalam hidup ini seseorang itu perlu dibuat merasa bangga dan bahagia karena sudah termiliki olehnya. Seketika ada mata lain yang memandang, tentulah dia merasa kuat dan selalu dianggap ada. Ini hanya sudut pandang saja.
Eh satu lagi lah, kadang hal biasa yang dilakukan tanpa bertanya itu lebih membahagiakan daripada spesial tapi setelah diingatkan. Sekian.
Jadi, bagaimana pertambahan usianya? Biasa saja. Seperti sebelumnya.