Saturday, 5 August 2017

Selamat Bertambah Usia

Teruntuk kamu yang bertambah usia hari ini.

Teruntuk kamu yang bertambah usia hari ini, aku masih ingat jelas saat pertama kali kedua pasang mata kita bertemu tatap. Saat pertama kali kamu datang ke rumah sendirian, bertemu Ayah dan Ibu. Kita saat itu bertukar cerita seadanya, tentang pekerjaanmu yang saat itu akan segera kamu tinggalkan karena jerih payahmu akan segera terbalaskan. Juga tentang ceritaku yang juga masih terus berjuang untuk pekerjaan yang lebih baik.

Saat itu, aku sebenarnya malu, sebab baru kamu laki-laki pertama yang berani datang ke rumah sendirian, sementara temanku saja harus membawa teman wanita supaya bisa aman main ke rumah. Saat itu kita ngobrol seseru itu, tidak terlalu canggung meski baru pertama kali. Kamu dengan segala kepercayaan dirimu datang untuk menagih janji untuk makan kue nastar di rumah.

Haha, kue nastar itu hanyalah modus setelah novel pertamaku meluncur ke rumahmu. Walaupun niatmu membelinya hanya untuk menjadi langkah awal kedekatan kita. Iya, aku ingat semuanya. Aku ingat saat pertama kali deguban jantungku terasa berbeda ketika menjemputmu di depan pagar rumah, mengajakmu masuk dan menyuguhimu makanan sederhana di rumah, juga cokelat berbentuk hati itu.

Kamu pun dengan gagahnya masuk, tidak terlihat kecemasan dari raut wajahmu. Saat itu aku kaget sungguhan, ternyata aku hanya sebatas pundakmu saja. Selama waktu berjalan di hari pertama kita bertemu itu, aku merasa ada yang berbeda dari sorot matamu, ketulusan.

Saat itu, kamu juga menunjukkan KTP milkmu dan mengatakan dengan jelas bahwa kamu lebih muda dariku. Saat itu aku malu sekaligus geli, bisa-bisanya brondong macam kamu berani menggodaku seperti itu, datang ke rumah dengan sok pedenya ngajak ngobrol enteng tanpa terlihat kecemasan sedikitpun.

Sejak itu, aku menjadi lebih tertarik padamu, ditambah lagi informasi tentang kamu yang selalu ditransfer temanmu untukku. Sampai pada akhirnya aku menemukan satu titik yang membuatku mencoba untuk membuka hati kembali, untuk kamu.

Proses itu kita jalani bersama, kita lewati dengan tidak begitu mudah. Banyak ranjau dan halang merintangi kesemuanya. Diawali dari memantapkan hati untuk bersama dengan visi dan misi yang sama, kemudian diterjang ombak yang cukup besar di awal perjalanan, kemudian ombak lagi di pertengahan sampai pada saat itu mungkin kamu mulai lelah dengan ombak-ombak yang mungkin aku ciptakan sendiri dan sampai pada detik ini, akhirnya kita berhasil melewati banyak ombak yang menghalang karena sama-sama masih memiliki visi dan misi yang juga sama.

Teruntuk kamu, laki-laki yang paling bisa membuatku rindu sepanjang waktu, laki-laki yang selalu bisa membuatku gagal untuk diam bisu saat hati entah kenapa merasa kesal padamu, laki-laki yang tidak ingin banyak berjanji tapi selalu berusaha mencukupi, laki-laki yang selalu berhasil membuat titik air mata tumpah karena lelahmu yang tak pernah kau ucap, laki-laki yang tak pernah hilang barang sedetik pun dari ingatan, kamu tentulah tahu seberapa besar perasaan ini terjaga selama dua kali pertambahan usiamu ini.

Sayang, tetaplah seperti ini, menjadi laki-laki yang tidak pernah sekalipun terlintas dalam otakku untuk mencari penggantimu di kemudian hari.

Sayang, tetaplah menjadi tempat ternyaman, meski waktumu tak banyak untuk bisa kamu bagi karena banyak yang harus kamu penuhi.

Sayang, tidak ada sesuatu yang istimewa yang bisa kuberikan selain kesetiaan yang mungkin tidak begitu terlihat saat ini.

Sayang, semoga kelak dengan semakin dewasanya kamu, maka semakin bermanfaat pula bagi keluarga dan orang-orang yang kamu sayangi.

Sayang, tidak akan ada paksaan dalam hubungan ini. Jika aku sebagai pihak yang menunggu dan kamu pihak yang ditunggu, tentulah tidak ada lagi pertanyaan setelah ini, cukup dengan menunggu tibanya waktu itu.

Sayang, tidak ada hari paling bahagia kecuali tidak ada lagi jarak bagi kita berdua.

Selamat bertambah usia, lelakiku.