Malam ini gak tahu kenapa kangen aja
buka folder-folder lama di hardisk
gegara mau cari file lama. Kebukalah folder masa-masa kuliah, mulai dari zaman
diksarlin yang muka gosong, ancur parah, sumpah. Inget banget waktu itu aku di
pleton 7 karena waktu itu lulus di jurusan Adm. Bisnis kelas non reguler
atau kelas yang masuknya siang. Waktu itu aku ketemu sama 3 cewek yang
kebetulan badannya semampai kayak aku, semeter gak sampai maksudanya hahaha.
Berpedoman punya tinggi yang sama, kami pun sama-sama terus sampai hari terakhir diksar. Namanya Nia, dia jurusan Elektro sama kayak Dina, tapi mereka beda konsentrasi, satunya lagi Reni, anak mesin. Wow, nih cewek keren bener, tahun itu kalo gak salah cuma dia mahasiswi di jurusan Teknik Mesin. Katanya kemarin dia ikutan PMPA, ambil jurusan Teknik Sipil sama Mesin, eh lulusnya di Mesin. Kasihan campuR bahagia juga sih dengernya, karena dia satu-satunya cewek, pastilah dia dijagain sama banyak cowok-cowok kece zaman itu hahaha.
Berpedoman punya tinggi yang sama, kami pun sama-sama terus sampai hari terakhir diksar. Namanya Nia, dia jurusan Elektro sama kayak Dina, tapi mereka beda konsentrasi, satunya lagi Reni, anak mesin. Wow, nih cewek keren bener, tahun itu kalo gak salah cuma dia mahasiswi di jurusan Teknik Mesin. Katanya kemarin dia ikutan PMPA, ambil jurusan Teknik Sipil sama Mesin, eh lulusnya di Mesin. Kasihan campuR bahagia juga sih dengernya, karena dia satu-satunya cewek, pastilah dia dijagain sama banyak cowok-cowok kece zaman itu hahaha.
Sementara aku, ternyata aku naik ke
kelas reguler karena ada beberapa peserta yang mengundurkan diri. Sumpah, aku
ngerasa bahagia banget waktu tahu bisa masuk kelas pagi. Padahal sebelum kami
lulus di POLSRI, aku dan teman-temanku ikutan tes SNMPTN, empat dari kami lulus
di Polsri kelas siang, sementara satu
mengundurkan diri, dan ternyata aku sendiri yang pindah ke kelas pagi.
Dunia anak kuliahan itu keren ya, pakai
baju bebas, bebas berekspresi. Itu sih maunya aku, tapi ternyata POLSRI
berbeda. Entahlah, selain karena tidak lulus SNMPTN karena memang ambil
jurusan Akuntansi dan Ekonomi (padahal aku anak IPA), juga gak lulus di Depkes
(jurusan farmasi dan ahli gizi), juga gak lulus beasiswa Sampoerna Bussines
School, jadilah aku ikutan tes di POLSRI, masih maksa mau ambil Akuntansi atau
gak yang ada bau-bau bisnisnya. Waktu lihat profil jurusan, aku lihat
mahasiswinya pakai seragam, “Ih keren ya kalo bisa kerja di bank. Cantik,
pinter pula”. Jadilah waktu itu aku memilih jurusan Akuntansi sebagai pilihan
pertama dan Adm. Bisnis pilihan kedua.
Sebelum tes, aku dan kawan-kawan
belajar bareng hampir beberapa bulan. Kesemua dari mereka ambil jurusan IPA, cuma
aku yang nyeleneh. Padahal waktu kenaikan kelas XI buat penjurusan wali kelasku
sudah bilang, “Yan, kamu masuk IPS aja ya. Biar nanti jadi guru MTK yang pintar
Bahasa Inggris, nanti ngajarnya pakai Bahasa Inggris,” gitu katanya.
Tapi entahalah, dulu kalau jadi anak IPA itu berasa keren banget, meskipun dari SD udah suka jualan (jiwa bisnis banget). Inget banget waktu SD Ayah punya komputer yang masih pentium satu, aku minta cetak gambar yang belum diwarnai beberapa lembar, besoknya aku jual ke sekolah dengan harga lima ratus rupiah selembar kalo gak salah. Udah kelihatan banget kan bakat bisnisnya? Wkwk. Kemudian waktu SMA aku jualan isi binder yang aku cetak sendiri, bisa custom pula dikasih foto yang bersangkutan, bisnis itu lanjut sampai kuliah. Eh, waktu kuliah diterima di jurusan Adm. Bisnis, makin menjadilah jiwa enterpreneur aku.
Tapi entahalah, dulu kalau jadi anak IPA itu berasa keren banget, meskipun dari SD udah suka jualan (jiwa bisnis banget). Inget banget waktu SD Ayah punya komputer yang masih pentium satu, aku minta cetak gambar yang belum diwarnai beberapa lembar, besoknya aku jual ke sekolah dengan harga lima ratus rupiah selembar kalo gak salah. Udah kelihatan banget kan bakat bisnisnya? Wkwk. Kemudian waktu SMA aku jualan isi binder yang aku cetak sendiri, bisa custom pula dikasih foto yang bersangkutan, bisnis itu lanjut sampai kuliah. Eh, waktu kuliah diterima di jurusan Adm. Bisnis, makin menjadilah jiwa enterpreneur aku.
Pokoknya zaman kuliah itu zaman bebas
penjajahan, gimana gak coba, zaman SMA itu zaman yang masih suram buat anak
Paskib macam kami. Meski terlihat keren di sekolah, tapi batin kami tersiksa
haha. Bayangin, rambut kami cuma ada satu jari di bawah kuping, sampe-sampe
waktu lomba gerak jalan di SMA 17 kami dibilang anggota Changcutter karena
rambut kami mirip helm. Ditambah badan kurus ceking karena keseringan push up dan teman-temannya setiap
Sabtu-Minggu atau gak kalau dikasih hukuman sama senior, ditambah harus latihan
dan temenan sama teriknya matahari. Fiuh, alien banget dah kami.
Sampai masa kebebasan dimulai setelah
berani-beraninya baru beberapa minggu jadi mahasiswi malah ikutan jadi volunteer Sea Games, alhasil IPK
pun pas-pasan wkwk. Masa itu masa di mana aku harus mengajak Ayah ke pasar buat
belanja keperluan kuliah, karena Ayah satu selera, mulai dari beli kemeja putih
sebelum seragam dibagikan, sampai Ayah pernah bilang “Kamu mau beli kemeja
ini?,” sambil nunjuk kemeja putih yang bagian depannya ada bunga-bunga dan
potongannya membentuk badan. Aku manggut-manggut. Ayah aja aneh, anak gadisnya
ini biasa pakai kaos gambar tengkorak (untuk gak hidup tengkoraknya) kok malah
mau beli kemeja gituan. Ya mau gimana lagi, jurusanku itu jurusan buat cewek
tulen. Rada nyesel juga sih, awalnya.
Selanjutnya beli sepatu, baru
satu minggu sebelumnya pergi sama Ayah beli sepatu kets warna hijau lumut, eh
ternyata disuruh pakai sepatu formal ala ibu guru. Kan ngeselin. Ayah pula lah
yang ikut andil, dipilihkanlah sepatu dengan heels 3 cm (biar gak jatoh karena sok kecantikan) dengan aksen pita
di bagian depannya. Akunya malah milih sepatu kets lagi, “Yah, ini bagus,” sambil
nunjuk kets warna merah. “Sudah kita ke sini mau beli sepatu ini,” katanya,
nunjuk sepatu pilihannya. Alhasil, jadilah aku wanita setengah pria yang pakai
rok ke kampus dengan sepatu berpita ditambah tas tangan yang bikin ketiak sakit
karena mesti diimpit. Duh gusti, susah banget jadi cewek betulan.
Sumpah nulis ini sambil
senyum-senyum sedih karena rindu.
Sampailah pada masa ikutan
ngeksis di ormawa, HMJ. Waktu itu aku masih jadi anggota, jadi masih ngalur aja sama aturan. Disuruh jagain sekret
yang waktu itu ada jualan gorengan, jagain sampe sore, udah kayak penjaga
kampus aja. Aku datang gak pernah telat, karena Ayah orang yang on time tapi pulang paling akhir. Sekret
HMJ yang letaknya di bawah tangga jurusan itu penuh banyak cerita, mulai dari
bahagia, sedih, sampai ngeselin. Lengkap pokoknya. Semua keluh kesah ada di
sana. Ngerjain tugas bareng, nyiapin acara bareng, sampe nangis bareng pun
pernah wkwk.
Kemudian tibalah masa
cinta-cintaan, masa di mana semuanya berasa indah wkwk. Padahal masih ngos-ngosan
ngejer IPK, biasalah aku ini orangnya serba dipengenin semua, pengen ikut
organisasi, pengen eksis, tapi pengen IPK gede, kalo bisa dapat beasiswa pula.
Muluk kan? Tapi itulah goal-nya, baru
kuliah namanya.
Entahlah, aku pun kadang gak
paham sejak kapan aku jadi anak nakal "dalam tanda kutip", mungkin karena
kelamaan berada dalam tekanan batin ala anak paskib, ketika dilepas berasa
keluar kandang. Nakalnya sih bukan nakal yang aneh-aneh, ya itu, kuliah rajin,
ngerjain tugas rajin, mainnya juga rajin, sampe betah seharian di kampus cuma
karena seneng dapet temen baru yang banyak.
Dandanan yang paling menggentarkan
seisi jagat Adm. itu ketika hari Sabtu, hari bebas bergaya, pilihanku tetap
jatuh pada kemeja cowok yang dalemnya pakai kaos, celansa jin, dan sepatu kets.
Masih belum tobat. Semua orang diajakin temenan, gak peduli kakak tingkat,
dosen, penjaga kampus, helper, pedagang. Semuanya dipanggil “coy”, eh kalau
dosen gak lah hahaha.
Masa paling pesat itu masa di
mana mulai naik ke semester 3, mulailah bisa dandan karena ada Beauty Class. Mulai bisa pakai eyeliner dan gincu alakadarnya. Waktu
favorit kami ya waktu istirahat sama pulang kuliah karena di waktu itulah kami
bisa tebar pesona. Berjalan dari kelas menuju kantin dengan seragam khas ala
pegawai bank, biasanya sih saingan sama anak Akuntansi karena sebelas dua belas
dalam urusan penampilan. Yang jadi sasaran utama adalah kantin Mesin, tempat di
mana cowok-cowok kece masa itu berseliweran. Menyusuri koridor Teknik Sipil,
mentas lewat BEM, nembus ke masjid, sampai ke bengkel mesin dan tadaaaa tibalah
di kantin Pakde Gaul, pusat di mana muda-mudi segala jurusan POLSRI berkumpul
menunjukkan taring masing-masing.
Di sanalah eksistensi seorang mahasiswa POLSRI dipertaruhkan. Modalnya cuma 2, supel (jogol) dan lewat sana minimal 2 kali sehari, kalau gak terkenal karena banyak yang naksir, kamu bakal terkenal karena banyak yang gak suka wkwkwk
Di sanalah eksistensi seorang mahasiswa POLSRI dipertaruhkan. Modalnya cuma 2, supel (jogol) dan lewat sana minimal 2 kali sehari, kalau gak terkenal karena banyak yang naksir, kamu bakal terkenal karena banyak yang gak suka wkwkwk
Lucunya kadang temenku suka minta
dijodohin, “Yan, kenal sama cowok itu ya? Kenalin sama temennya dong.” Dia
pikir aku biro jodoh apa? Atau sebaliknya, ada anak mesin yang suka gitu, “Yan,
kenalin sama anak Adm, dong.” Geli sendiri kalau ingat masa-masa itu, tapi
sedih juga kalau sekarang harus nerima kenyataan kalau dunia itu gak selucu
itu. Selepas dapet gelar A. Md. Kami pun mesti bertarung untuk masa depan,
harus bertarung demi diri sendiri dan orang-orang yang disayang.
To be continue ....